Logo Desa Payogan Dan Artinya.
Logo atau simbol yang
disetujui oleh Krama Desa Payogan, mempunyai arti yang dalam disetiap
detailnya. Pada Dasarnya simbol ini diambil dari simbol Lingga Yoni sebagai latar belakang.
Didepan linggayoni, seorang Rsi sedang beryoga semadi di atas bunga teretai,
Candi Bentar yang dililit 2 ekor naga besar, di dalamnya ada candi menyerupai
Pagoda bertulis Swastika. Di letak paling atas, diujung linggayoni bersurat Ong
Kara. Linggayoni sangat berkaitan dengan nama Desa Pakraman Payogan,
dilatar belakangi dengan penemuan batu berbentuk pipih dan
lonjong yang sering disebut Batu Linggayoni di bagian utara desa. Oleh
para ahli dari Jawatan Agama, disebut batu Menkhir bertulis manugari, yang
menurut para peneliti, setelah diterjemahkan antara lain berbunyi sebagai
berikut :
“Anggara Kasih Tambir, tempat ini dipakai beryoga oleh
Rsi Markandya, dari tempat ini, Beliau mendapat pawisik agar Beliau menanam
Panca Datu terlebih dahulu di Gunung
Tolangkir (Besakih) sebelum berdiam di daerah ini, baru akan mendapatkan ketenangan dan kesentosaan”.
Tempat ditemukan linggayoni
tersebut kemudian diberi nama Pura Pucak Payogan, dari prasasti yang tertulis
itu, oleh para pendahulu kata Payogan kemudian dipakai sebagai nama Desa
hingga saat ini.Maha Rsi beryoga di atas kelopak bunga teretai, teretai sebagai
simbol kesucian, Maha Rsi berarti orang suci, magsud dari simbol tersebut adalah
bahwa setiap jengkal tanah di Desa Payogan adalah tanah suci, itu
sebabnya menjadi keharusan bagi siapa saja yang akan menjadi krama Desa
Payogan, harus memunyai pikiran suci
seperti Ida Bhatara Rsi Markadya, agar desa menjadi aman dan sentosa.Dua ekor naga menyimbulkan ikatan wilayah, aturan yang mengikat Desa
Pakraman Payogan, terdiri dari 2 aturan, aturan desa yang disebut dengan
Awig-awig dan aturan pemerintah yang berupa UUD 45. Desa Payogan juga diikat
oleh 2 aturan, aturan Sekala dan aturan Niskala. Aturan Sekala agar
diselesaikan Sekala, Yang Niskala agar Niskala juga yang memutuskan. Candi Bentar dan candi berbentuk Pagoda yang bertulis
Swastika, candi berarti batas, juga menyimbolkan gunung, gunung menyimbolkan
kemakmuran.
Candi bentar berarti batas
masing-masing perbuatan krama Desa Payogan diikat oleh aturan atau Awig, juga
batas pasti antara Jeroan, Jaba Tengah dan Jaba Sisi. Atau lebih dikenal dengan
nama Uttama Mandala, Madya mandala, dan Nista Mandala. Tidak Jauh berbeda
dengan konsep Tri Hita Karana yang memunyai
bagian Parahyangan, Pawongan, Palemahan.
Candi menyerupai Pagoda dan
bertuliskan Swastika mempunyai arti, bahwa setiap pelaksanaan upacara di Bali memakai konsep Siwa Buda,
Candi menyerupai pagoda sebagai simbol Buda, Swastika sebagai simbol Hindu. Hal
itulah yang menyebabkan di setiap upacara Panca Yadnya di Bali kedua hal diatas
selalu beriringan, Ider kiwa, ider tengen berjalan secara berdampingan, tidak terpisahkan. Ong Kara yang terletak di puncaknya linggayoni adalah
simbol dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang berarti, tidak ada hal yang bisa
melebihi Beliau, dunia dengan segala isinya
adalah ciptaan Beliau, dan suatu ketika akan
kembali ke Beliau. Disebut Sangkan paran
Dumadi. Itulah beberapa makna yang terkandung dalam simbol Desa Pakraman
Payogan, sebagai usaha selalu mengingatkan
sejarah dan makna Desa Payogan di mata generasi mendatang.