Jumat, 09 September 2011

SIMBOL

Logo Desa Pakraman Payogan


Logo Desa Payogan Dan Artinya.

Logo atau simbol yang disetujui oleh Krama Desa Payogan, mempunyai arti yang dalam disetiap detailnya. Pada Dasarnya  simbol ini diambil dari simbol Lingga Yoni sebagai latar belakang. Didepan linggayoni, seorang Rsi sedang beryoga semadi di atas bunga teretai, Candi Bentar yang dililit 2 ekor naga besar, di dalamnya ada candi menyerupai Pagoda bertulis Swastika. Di letak paling atas, diujung linggayoni bersurat Ong Kara.  Linggayoni sangat berkaitan dengan nama Desa Pakraman Payogan, dilatar belakangi dengan penemuan batu berbentuk pipih dan lonjong yang sering disebut Batu Linggayoni di bagian utara desa. Oleh para ahli dari Jawatan Agama, disebut batu Menkhir bertulis manugari, yang menurut para peneliti, setelah diterjemahkan antara lain berbunyi sebagai berikut :

“Anggara Kasih Tambir, tempat ini dipakai beryoga oleh Rsi Markandya, dari tempat ini, Beliau mendapat pawisik agar Beliau menanam Panca Datu terlebih dahulu di Gunung Tolangkir (Besakih) sebelum berdiam di daerah ini, baru akan mendapatkan ketenangan dan kesentosaan”.

Tempat ditemukan linggayoni tersebut kemudian diberi nama Pura Pucak Payogan, dari prasasti yang tertulis itu, oleh para  pendahulu kata Payogan kemudian dipakai sebagai nama Desa hingga saat ini.Maha Rsi beryoga di atas kelopak bunga teretai, teretai sebagai simbol kesucian, Maha Rsi berarti orang suci, magsud dari simbol tersebut adalah bahwa setiap jengkal tanah di Desa Payogan adalah tanah suci, itu sebabnya menjadi keharusan bagi siapa saja yang akan menjadi krama Desa Payogan, harus memunyai pikiran suci seperti Ida Bhatara Rsi Markadya, agar desa menjadi aman dan sentosa.Dua ekor naga menyimbulkan ikatan wilayah, aturan yang mengikat Desa Pakraman Payogan, terdiri dari 2 aturan, aturan desa yang disebut dengan Awig-awig dan aturan pemerintah yang berupa UUD 45. Desa Payogan juga diikat oleh 2 aturan, aturan Sekala dan aturan Niskala. Aturan Sekala agar diselesaikan Sekala, Yang Niskala agar Niskala juga yang memutuskan. Candi Bentar dan candi berbentuk Pagoda yang bertulis Swastika, candi berarti batas, juga menyimbolkan gunung, gunung menyimbolkan kemakmuran.
Candi bentar berarti batas masing-masing perbuatan krama Desa Payogan diikat oleh aturan atau Awig, juga batas pasti antara Jeroan, Jaba Tengah dan Jaba Sisi. Atau lebih dikenal dengan nama Uttama Mandala, Madya mandala, dan Nista Mandala. Tidak Jauh berbeda dengan konsep Tri Hita Karana yang memunyai bagian Parahyangan, Pawongan, Palemahan.
Candi menyerupai Pagoda dan bertuliskan Swastika mempunyai arti, bahwa setiap pelaksanaan upacara di Bali memakai konsep Siwa Buda, Candi menyerupai pagoda sebagai simbol Buda, Swastika sebagai simbol Hindu. Hal itulah yang menyebabkan di setiap upacara Panca Yadnya di Bali kedua hal diatas selalu beriringan, Ider kiwa, ider tengen berjalan secara berdampingan,  tidak terpisahkan. Ong Kara yang terletak di puncaknya linggayoni adalah simbol dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang berarti, tidak ada hal yang bisa melebihi Beliau, dunia dengan segala isinya adalah ciptaan Beliau, dan suatu ketika akan kembali ke Beliau. Disebut Sangkan paran Dumadi. Itulah beberapa makna yang terkandung dalam simbol Desa Pakraman Payogan, sebagai usaha selalu mengingatkan sejarah dan makna Desa Payogan di mata generasi mendatang.